Kamis, 08 Oktober 2009

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib
(Sang Gerbang Ilmu)

Pria paruh baya ini bernama Ali bin Ziyad Al-Haritsi. Yang membedakannya dengan rakyat biasa adalah, dia saudagar kaya raya di masa kekhalifahan keepat, Ali bin Abi Thalib. Satu hari, dia egundang Khalifah Ali berkunjung ke rumahnya. Sang Khalifah memnuhi perintaan tersebut
Sesapaminya di rumah pengundang, Amir Al-Mukminin terkagum melihat kemewahan rumah Ala. Ali yang istananya sangat sederhana itu menghormati kemewahan tersebut, “Wahai Ala, apa untungnya memiliki rumah
yang lebih besar dan lebih mewah kelak di akhirat?”
Semula Ala menduga menantu Nabi SAW, itu biasa hidup mewah di istana karena kedudukannya sebagai khalifah. Tapi sahabat Ala teryata bukanlah “orang dunia”. Kekuasaan yang digenggamnya tidak lebih dari sekadar sarana untuk beribadah kepada Allah. Dia menguasai dunia, tapi tidak dikuasai dunia. Perubahan teradi pada diri Ala. Amir Al-Mukminin tahu betul ekspresi peruahan itu. Apalagi dia tahu bila Ala medapatan kekayaannya melalui jerih payahnya sendiri, bukan dari kolusi, korupsi da nepotise(KKN)
Khalifah Ali lalu menyampaikan pesan, “Wahai Ala, engkau bisa menjadikan rumahmu yangbesar ini sebagai kedaraan yang akan mengantarkanmu ke rumah yag lebih besar di akhirat kelak.” “Bagaimana caraya, wahai Amir Al-Mukminin?” respon Ala
“engkau buka rumahu untuk para tamu yang menghajatkannya, kat sulaturahim di adtara kaum muslin, bela, dan tampakkan hak-hak kaum muslimin di rumahmu, jadikan rumah ini sebagai tempat pemenuhan hajat saudara-saudara sesama islam, dan jangan batasi hanya untuk kepentingan dan keserakahan dirimu semata. :tak lama setelah itu, Ala pun mengikuti apa yang dinasihatkan oleh Khalifah Ali tersebut.
Ali bin Abi Thalib merupakan Khalifah terakhir (35-41 Hijriah/655-661 Masehi) dari kekuasaa Khulafa Al-Rasyidin (empat pemimpin terpilih pasca Nabi SAW, yakni: Abu Bakr, Umar bin Khaththab, Utsman, dan Ali). Untuk kategori anak-anak (generasi muda), Ali dikenal sebagai orang pertaa yang masuk isla. Serta Muslim kedua setelah Khadijah binti Khuwalid, istri Nabi SAW.
Dari segi nasab (keturunan), Ali masih sepupu Muhammad SAW. Dari garis bapak. Ayahnya, yakni Abul-Muthalib bin Hasyim bin Abdul-Manf, adalah kakak kandung ayah Nabi SAW. (Abdulah bin Abdul Muthalib). Sementara ibunya bernaa Fatiah binti Asad bin Hasyi bin Abdul anaf. Ketika lahir ibuya member nama Haidarah, namun sang ayah kemudian menggantinya dengan Ali.
Ketika berusia 6 tahun, Ali diasuh oleh Nabi SAW, seperti halnya sang Nabi pernah diasuh orangtua Ali. Saat Muhammad diangkat rasul, usia Ali baru 8 tahun. Sejak masuk islam itu dia tak pernah absen menyertai Nabi SAW. Menyebarkan risalah kedamaian dan keadilan. Tak heran bila kemudian Ali dikenal sangat dekat degan Rasulallah. Kedekatan itu semakin erat degan dinikahinya Fatimah Al-Zahra—salah seorang putri Nabi SAW. Yang kala itu berusia 15 tahun – oleh Ali.
Dari pernikahan pertamanya ini, Ali dikaruniai dua putra dan dua putri : Hasan, Husein, Zaidab, da Umu Kulsum. Anak terakhir, Ummu Kulsum, kelak menjadi istri Umar bin Khaththab, Khalifah kedua. Keseluruhan anak Ali berjumlah 19 orang, dari sembilan kali pernikahannya.
Sejak kecil, Ali dikenal dengan kecerdasanya. Sampai-sampai Muhammad SAW mamuji Ali dengan kalimat, “Saya adalah ibu kota ilu pengetahuan dan Ali adalah gerbangnya.” Ali kecil juga sudah menunjuka keberaniannya yang luar biasa. Dia misalnya, berani menantang tokoh-tokoh Quraisy yang mencemooh Muhammad SAW.
Ketika sang Nabi SAW. Ini hijrah dan kaum Quraisy enghunus pedang untuk membuhnuhnya, Ali tidur di tempat tidur Nabi Muhammad serta menggunakan antel yang dipakai Rasul kala itu. Nabi pun selaat dari maut.
Dimedan perang dia dikenal sebagai panglia dan pertempur yag sagat handal dan disegani. Peperagan Badar, Uhud, da Khndaq menjadi saksi keberania seorang Ali. Amanya semakin sering dipuji setelah dia berhasil menjebol gerbang benteng Khalibar yang mejadi pertahanan terakhir kaum Yahudi. Menjelang rasul menunaikan haji, Ali ditugasi melaksanakan misi militer ke Yaman. Misi itu dilakukanya dengan baik.

WASIAT IMAM ALI

Dua menantu Nabi SAW. Utsman bin Affan (khalifah ketiga), dan Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat), memiliki keistimewaan tersendiri, yang pertama seorang kaya raya tapi dermawan, dan lainya, Ali sederhana tapi tegas dan kaya ilmu. Sebutan Nabi SAW. Bahwa Ali Gerbang ilmu, bukti pengakuan Rasulallah atas penguasaan ilmu Ali. Tak heran bila Ali juga dikenal ahli hukum dan ujtahid yang dariya selalu keluar pencerahan-pencerahan ilmiah dan spiritualitas.
Seagai “mata air” hikmah, Ali banyak ewasiatkan kepada umat islam akan kehidupa, baik dalam memenuhi hajat profannya (material) maupun sakralnya (akhirat). Daam satu kesempatan misalnya, dia bertutur soal hubungan manusia dengan sang Khaliq. Katanya, “Barang siapa telah memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka dia akan memperbaiki hubungannya degan orang lain, dan barang siapa telah memperbaiki urusan akhiratnya, maka dia akan memperbaiki urusan dunianya.”
Ali juga menganjurkan kita berpikir dan merenungkan kembali informasi yang kita terima. “Renungkanlah berita yang kau degar secara baik-baik (da jangan hanya menjadi penukil berita). Penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangat sedikit.
Cobaan atau fitnah di asa Khalifah Ali tak kalah hebatnya dengan fitnah-fitnah saat ini. Agar tidak terjerumus dan terjebak dalam kubangan fitnah, kepada para sahabatnya Ali berpesan, “Ketika fitnah berkecambuk, jadikanlah dirimu seperti “Ibnu Labun” (anak unta yang belum berumur dua tahun), karena dia masih belum memiliki punggung yang kuat utuk dapat ditunggaingi dan tidak memiliki air susu untuk dapat diperah.
Begitu pun pandangannya soal mausia yang lemah. Di mata satu-satunya khalifah islam yang bergelar “imam” ini, orang lemah bukan mereka yang tak berdaya enghadapi lawan, tak berharta, atau tidak memiliki keduduka. Tapi, “orang yang paling lemah adalah mereka yang tidak dapat menjalin tali persahabatqan dengan orang lain, dan lebih lemah darinya adalah orang yang mudah melepaskan persaudaraan dengan sahabatnya.” Ujar Ali, sebagaiman dinukil dalam Nahjul Balaghah.
Di bagia lain wasiatnya, Ali enegaskan, “Akan datang kepada manusia suatu masa yang tidak tertinggal dari Al-Quran kecuali tulisannya dan dari isla kecuali namanya. Pada masa itu masjid-masjid di makmurkan bangunannya sedangkan dia sendiri kosong dari hidayah, orang-orang yang menghini dan memakmurkannya dalah yang paling jahat di muka bumi. Fitnah bersumber dari mereka dan segala kesalahan kembali kepada mereka.
Orang-orag korban fitnah dan telah bertobat, akan dipaksa kembali dan orang-orang yang tertiggal dibelakang ( tidak ikut serta dalam klaifah fitnah) akan dirayu agar bergabung dengannya. Allah berfirmah, “Demi zat ku, akan Kukirim untuk mereka sebuah fitnah (cobaan) besar yang akan menjadikan orang-orang sabar bingung menentukan sikap.” Kita emohon kepad-Nya untuk mengampuni kealpaan yang mebuat kita tergelincir.”(-)……………..

Read More ..

Jumat, 02 Oktober 2009

'Aisyah'

Dialah ‘Aisyah bintu Abi Bakr ‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay al-Qurasyiyyah at-Taimiyyah al-Makkiyyah Radhiyallahu ‘Anha. Dia seorang wanita yang cantik dan berkulit putih sehingga mendapat sebutan al-Humaira’. Ibunya bernama Ummu Ruman bintu ‘Amir bin ‘Uwaimir bin ‘Abdi Syams bin ‘Attab bin Udzainah al-Kinaniyyah. Dia lahir ketika cahaya Islam telah memancar, sekitar delapan tahun sebelum hijrah. Dihabiskan masa kanak-kanaknya dalam asuhan sang ayah, kekasih Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam, seorang sahabat yang mulia, Abu Bakr ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu.

Belum tuntas masa kanak-kanaknya ketika datang pinangan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam. Usianya baru menginjak enam tahun saat Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam melaksanakan akad pernikahan
dengannya. Wanita mulia yang diperlihatkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam dalam wahyu berupa mimpi untuk memberitakan bahwa dia kelak akan menjadi istri beliau.

Dilaluinya hari-hari setelah itu di tengah keluarganya hingga tiba saatnya Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam menjemputnya –tiga tahun kemudian, seusai beliau kembali dari pertempuran Badr – untuk memasuki rumah tangga yang dipenuhi cahaya nubuwwah di Madinah. Tidak satu pun di antara istri-istri beliau yang dinikahi dalam keadaan masih gadis kecuali ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.

Seorang wanita yang mulia, sabar bersama Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam di tengah kefakiran dan rasa lapar, hingga terkadang hari-hari yang panjang berlalu tanpa nyala api untuk memasak makanan apa pun. Yang ada hanyalah kurma dan air.

Seorang istri yang menyenangkan suaminya yang mulia, menggiring kegembiraan ke dalam hatinya, menghilangkan segala kepayahan dalam menjalani kehidupan dakwah untuk menyeru manusia kepada Allah.

Allah Subhanahu Wata’ala memberikan banyak keutamaan baginya, di antaranya dengan meraih kecintaan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam. Kecintaan yang tak tersamarkan, tatkala Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam menyatakan hal itu dari lisannya yang mulia, hingga para sahabat pun berusaha mendapatkan ridha Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam dalam hal ini. Siapa pun yang ingin memberikan hadiah kepada beliau biasa menangguhkannya hingga tiba saatnya Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam berada di tempat ‘Aisyah. Di sisi lain, ada istri-istri Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam, wanita-wanita mulia yang tak lepas dari tabiat mereka sebagai wanita. Tak urung kecemburuan pun merebak di kalangan mereka sehingga mereka mengutus Ummu Salamah untuk menyampaikan kepada Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam agar mengatakan kepada manusia, siapa pun yang ingin memberikan hadiah, hendaknya memberikannya di mana pun beliau berada saat itu.

Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha pun mengungkapkan hal itu saat beliau berada di sisinya, namun beliau tidak menjawab sepatah kata pun. Diulanginya permintaan itu setiap kali Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam datang kepadanya, dan beliau pun tetap tidak memberikan jawaban. Pada kali yang ketiga Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha mengatakannya, beliau menjawab, “Janganlah engkau menggangguku dalam permasalahan ‘Aisyah, karena sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu dalam keadaan diriku di dalam selimut salah seorang pun dari kalian kecuali ‘Aisyah.”

Kemuliaan demi kemuliaan diraihnya dari sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Dari banyak peristiwa yang dialaminya, Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan ayat-ayat-Nya. Suatu ketika, ‘Aisyah turut dalam perjalanan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam. Rombongan itu pun singgah di suatu tempat. Tiba-tiba ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha merasa kalungnya hilang, sementara kalung itu dipinjamnya dari Asma’, kakaknya.

Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam pun memerintahkan para sahabat yang turut dalam rombongan itu untuk mencarinya. Terus berlangsung pencarian itu hingga masuk waktu shalat. Akan tetapi ternyata tak ada air di tempat itu sehingga para sahabat pun shalat tanpa wudhu’. Tatkala bertemu dengan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam, mereka mengeluhkan hal ini kepada beliau. Saat itulah Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan ayat-Nya tentang tayammum.

Melihat kejadian ini, Usaid bin Hudhair Radhiyallhu Anhu mengatakan kepada ‘Aisyah, “Semoga Allah memberikan balasan kepadamu berupa kebaikan. Demi Allah, tidak pernah sama sekali terjadi sesuatu padamu kecuali Allah jadikan jalan keluar bagimu dari permasalahan itu, dan Allah jadikan barakah di dalamnya bagi seluruh kaum muslimin.”

Satu peristiwa penting tercatat dalam kehidupan ‘Aisyah. Allah Subhanahu Wata’ala menyatakan kesucian dirinya. Berawal dari kepulangan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam dari pertempuran Bani Musthaliq yang ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha turut dalam rombongan itu. Di tengah perjalanan, ketika rombongan tengah beristirahat, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pergi untuk menunaikan hajatnya. Namun ia kehilangan kalungnya sehingga kembali lagi untuk mencarinya. Berangkatlah rombongan dan ‘Aisyah tertinggal tanpa disadari oleh seorang pun. ‘Aisyah menunggu di tempatnya semula dengan harapan rombongan itu kembali hingga ia tertidur.

Saat itu muncullah Shafwan ibnul Mu’atthal Radhiyallahu ‘Anhu yang tertinggal dari rombongan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam. Melihat ‘Aisyah, dia pun beristirja’ (Mengucapkan Innalillahi Wa inna ilaihi Rajiun -red) dan ‘Aisyah terbangun mendengar ucapannya. Tanpa mengatakan sesuatu pun dia persilakan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha untuk naik kendaraannya dan dituntunnya hingga bertemu dengan rombongan.

Kaum munafikin yang ditokohi oleh ‘Abdullah bin Ubay bin Salul menghembuskan berita bohong tentang ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Berita itu terus beredar dan mengguncangkan kaum muslimin, termasuk Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam, sedang ‘Aisyah sendiri tidak mendengarnya karena dia langsung jatuh sakit selama sebulan setelah kepulangan itu. Hanya saja ia merasa heran karena tidak menemukan sentuhan kelembutan Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam selama sakitnya sebagaimana biasa bila dia sakit.

Akhirnya berita bohong itu pun sampai kepada ‘Aisyah melalui Ummu Misthah Radhiyallahu ‘ANHA. ‘Aisyah pun menangis sejadi-jadinya dan meminta izin kepada Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam untuk tinggal sementara waktu dengan orang tuanya. Beliau pun mengizinkan.

Sementara itu, wahyu yang memutuskan perkara ini belum juga turun sehingga Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam meminta pendapat ‘Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘Anhuma dalam urusan ini. Beliau pun menemui ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, mengharap kejelasan dari peristiwa ini.

Di puncak kegalauan itu, dari atas langit Allah menurunkan ayat-ayatnya yang membebaskan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dari segala tuduhan yang disebarkan oleh orang-orang munafik. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, wanita mulia yang mendapatkan pembebasan Allah Subhanahu Wata’ala dari atas langit.

Dia melukiskan keadaannya pada waktu itu, “Demi Allah, saat itu aku tahu bahwa diriku terbebas dari segala tuduhan itu dan Allah akan membebaskan aku darinya. Namun, demi Allah, aku tidak pernah menyangka Allah akan menurunkan wahyu yang dibaca dalam permasalahanku, dan aku merasa terlalu rendah untuk dibicarakan Allah di dalam ayat yang akan melihat mimpi yangrdibaca. Aku hanya berharap, Rasulullah dengannya Allah membebaskan diriku dari tuduhan itu.” Ayat-ayat itu terus terbaca oleh seluruh kaum muslimin hingga hari kiamat di dalam Surat an-Nuur ayat 11 beserta sembilan ayat berikutnya.

Wanita mulia ini menjalani hari-harinya bersama Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam hingga tiba saatnya beliau kembali ke hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Delapan belas tahun usianya, saat Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam wafat di atas pangkuannya setelah hari-hari terakhir selama sakit beliau memilih untuk dirawat di tempatnya. Beliau pun dikuburkan di kamar ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.

Sepeninggal beliau, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menyebarkan ilmu yang dia dapatkan dalam rumah tangga nubuwah. Riwayatnya banyak diambil oleh para sahabat yang lain dan tercatat dalam kitab-kitab. Dia menjadi seorang pengajar bagi seluruh kaum muslimin.

Keutamaan dari sisi Allah banyak dimilikinya, hingga Rasulullah Sholallahu ‘Aliaihi Wasallam menyatakan, “Keutamaan ‘Aisyah atas seluruh wanita bagaikan keutamaan tsarid2 atas seluruh makanan.” Bahkan Jibril menyampaikan salam padanya melalui Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.

Tiba waktunya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha kembali kepada Rabb-Nya. Wanita mulia ini wafat pada tahun 57 Hijriah dan dikuburkan di pekuburan Baqi’. Ilmunya, kisah hidupnya, keharumannya namanya tak pernah sirna dari goresan tinta para penuntut ilmu. Semoga Allah meridhainya.

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Sumber bacaan:
1. Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari Al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqalani
2. Syarh Shahih Muslim Al-Imam an-Nawawi
3. Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah Al-Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani
4. Siyar A’lamin Nubala’ Al-Imam adz-Dzahabi
5. Shahih as-Sirah an-Nabawiyah asy-Syaikh Ibrahim al-’Aly

Sumber: www.asysyariah.com
Read More ..

Jumat, 11 September 2009

"batu terbang"?? benarkah............

Ada yang menyebutnya sebagai batu terbang atau batu gantung. Ada yang menyebutkan sebagai batu pijakan Nabi Muhammad saat akan mi'raj ke langit. Sang batu ingin ikut terbang ke langit, tetapi dilarang oleh nabi, sehingga berhenti dalam posisi melayang hingga sekarang.

Banyak yang percaya begitu saja gambar dan cerita tersebut. Tetapi tak sedikit juga yang bertanya-tanya. Apakah batu tersebut benar-benar ada? Benarkah itu foto asli?

Setelah beberapa lama mencari-cari kebenaran cerita dan foto tersebut, akhirnya ada kejelasan yang diperoleh dari forum diskusi berbahasa arab. Ternyata foto batu ini sudah tersebar jauh dan juga menimbulkan 'kehebohan' di antara mereka. Jika dalam versi indonesia, embel-embel ceritanya adalah tentang kisah isra' mi'raj di atas, maka dalam forum berbahasa arab itu cerita pengiringnya berbeda. Tidak ....


mengenai isra mi'raj. Di situ diceritakan bahwa batu ini berasal dari wilayah Al Ahsa (bukan Al Aqsa), di bagian timur Arab Saudi, di sebuah desa bernama Al Tuwaitsir (Lihat foto-foto wilayah ini di Panoramio). Sang batu, konon ceritanya, tiba-tiba melayang setinggi sekitar 10 cm di suatu hari di bulan April, tanpa sebab yang jelas.
Seorang anggota forum tersebut menanggapi dengan menyatakan bahwa ia hidup di wilayah tersebut dan tidak perah melihat ada batu yang terbang melayang (lihat juga komentar dari orang-orang yang tinggal di wilyah ini dari artikel berbahasa inggris: the mistery of floating rock di sini). Ia pun kemudian memberikan foto-foto batu yang dimaksud. Dan ternyata, memang batu tersebut ada, namun mempunyai penyangga di bawahnya. Foto asli batu tersebatu tersebut cukup unik. Dan dengan mengambil sudut pemotretan yang tepat, dilanjutkan dengan manipulasi hasil pemotretan dengan photoshop atau program pengolah gambar lainnya, orang dengan mudah menghilangkan penyangga tersebut untuk memberi kesan sebagai batu yang melayang di udara.

Berikut adalah foto-foto batu asli dari berbagai sudut pengambilan gambar:





Bagaimana dengan batu yang merupakan pijakan Nabi saat ber-isra'mi'raj?

Di samping ini adalah gambar batu tersebut, tampak atas. Ia berada di Yerusalem, Palestina di wilayah Haram al Quds al Sharif. Batu inilah yang dilindungi dengan bangunan yang kita kenal sebagai simbol Palestina, yaitu Masjid berkubah Emas, Dome of the Rock, atau Qubah al Shakhra atau masjid Kubah Batu. Apakah ba

tu ini melayang? Wallahua'lam, sepertinya tidak.

Jadi, semoga kita tidak terburu-buru percaya dengan cerita-cerita heboh, ajaib, yang diembel-embeli dengan kisah-kisah islami atau dihubungkan dengan kekuasaan Allah.

Jangankan cuma batu sebesar itu, Allah pun berkuasa untuk mengangkat bukit Thursina ketika mengambil sumpah kepada kaum Yahudi. Tetapi, kalau memang batu tersebut tidak melayang, tidak terbang, dan ternyata merupakan hasil manipulasi foto belaka, apakah kita akan tetap menyebarkan foto-foto tersebut? Apalagi kisah sang batu yang ingin ikut Nabi ke langit tersebut juga tidak jelas sumbernya.

Semoga halaman ini bermanfaat untuk kebenaran.


Read More ..
hanya dalam 2,5 tahun masa kepemimpian, rakyat mencatatnya sebagai khalifah (pemimpin) islam yang sukses memberantas kemiskinan, menciptakan stabilitas sosial politik, serta solidaritas kemanusiaan yang tanpa batas. Sekalipun dia pedagang kaya, tetapi kesederhanaan dan kelembutan kepribadiannya selalu mendasari setiap kebijakan dan kepemimpinannya sebagai pengganti Rasulullah SAW.
Abu Bakr bernama lengkap Abdullah bin Kuhafah Al-Tamimi. Nama kecilnya adalah Abdul-kabah. gelar Abu Bakr diberikan Rasulullah karena...

cepatnya dia masuk Islam (al- sabiqun al-awwalun, yakni golongan pertama yang masuk islam). Sedang Al-Shiddiq yang berarti "amat membenarkan" adalah gelar yang diberikan kepadanya lantaran dia segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai peristiwa.
sejak kecil, Abu Bakr dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur, dan lembut. Dia menjadi sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih usia remaja. Karena sifatnya yang mulia itu, dia banyak disenangi dan disegani oleh masyarakat sekitar, juga lawan maupun kawan saat memperjuangkan islam . Abu Bakr yang juga mahir dalam ilmu hisab itu, dikenal mempunyai kedudukan istimewa disisi Nabi SAW. Bahkan salah satu putrinya, yakni Aisyah r.a., kemudian dinikahinya Rasulullah.
Read More ..

Rabu, 09 September 2009

cari yang kau maw

Bagi yang ingin tahu sahabt-sahabt Nabi SAW waktu jaman beliau, berikut daftar yang saya ketahui sampai saat ini....
Abu Dzar Al-Ghafari
Aisyah
Ali bin Abi Thalib
Fatimah Al-Zahra
Khalid bin walid
Siti Khadijah
Saad bin Abi Waqqas
Umar 'Al-Faruq' bin Al-Khaththab
Utsman bin Affan
Zaid bin harisah
zaid bin tsabit
------------------------------------------------------------
Abu Hanifah
Abu Raihan Al-Biruni
Al-khawarizmi
Al-kindi
Al-mawardi
Al-mutanabbi
Al-thabari


Bukhari
Hambali
Harun Al-Rasyid
Ibnu Haitsam
Ibnu Sina
Malik
Mukhammad bin Zakaria Al-Razi
Muslim
Rabiah Al-Adawiyah
Syafi'i
Timidzi
Umar bin Abdul-Aziz
=======================================================
Abdul-Qadir Jailani
Abdullah Al-Idris
Al-Ghazali
Ibnu Khaldun
Ibnu Arabi
Ibnu Batuta
Ibnu Rusyd
Ibnu Taimiyah
Jabir bin Hayyan
Jalaluddin Al-Rumi
Najamuddin Al-Thufi
Shalahuddin Al-Ayyubi
Imam Syatibi
------------------------------------------------------------------------------
Abbas Mahmud Aqqad
Abdul A'la Al-Maududi
Ali Abdul-Raziq
Hasan Al-Banna
Jamaluddin Al-Afghani
Mahmud Syaltut
Muhammad Abdudin
Muhammad Iqbal
Qasim Amin
Rif'at Thahthawi
Sayid Amir Ali
Sayyid Qutb
Syah Waliyullah
=======================================================
Abdul Karim Soroush
Abdussalam
Ali Syari'ati
Annemarie Schmimmel
Fazlur Rahman
Hasan Hanafi
Sayyed Hossein Nasr
Ismail Raji Al-Fariqi
Muhammad Arkoun
Muhammad Al-Ghazali
Murad Hoffman
Nasr Hamid Abu Zeid
Thaha Husein
Yusuf Qardhawi
******************************************************************
itulah sebagian kecil dari sahabat-sahabat Rasul yang patut kita contoh dan harus kita kenang selalu jasa dan perjuangannya pada saat itu......
bila ada yang lebih tahu dari saya, dimohon batuanya untuk memberi tanggapan atau menambahkan daftar di atas.....
hmmm......
sahab sekalian apakah sudah pada tau siapa sih mereka itu sebenarnya????
hehehe....pasti tidak semua yang sahabat tahu,bener g????
nah.....
di kesempatan ini saya bakal menyampaikannya satu persatu(Insya Allah) mulai dari atas sampai bawah....
tetapi berupa sinopsis saja, karena mungkin sudah banyak situs2 yang lebih lengkap dari situs saya.....
tetapi di sini saya akan memberikan yang lebih singkatnya saja tetapi sudah mencangkup semua aspek kehiduannya, (dari Biografinya, karya-karyanya, jasanya)......

...ok~take alook this.......
Gambate....!!!

Read More ..

khalid bin al-walid (pedang Allah) part.2

Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru


Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid diamanahkan unruk memperluas wilayah Islam dan membuat kalang kabut pasukan Romawi dan Persia. Pada tahun 636, pasukan Arab yang dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam Pertempuran Yarmuk, menandai dimulainya penyebaran Islam yang cepat di luar Arab.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Usman agar Khalid tidak terlalu didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.

Read More ..

"Khalid bin al-walid" (pedang allah)

Khalid ibn al-Walid (584 - 642), atau sering disingkat Khalid bin Walid, adalah seorang panglima perang yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai "pedang Allah yang terhunus". Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya Khalid bin Walid

adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan kavalerinya. Pada saat Pertempuran Uhud, Khalidlah yang melihat celah kelemahan
pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud dan menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Tetapi setelah perang itulah Khalid mulai masuk Islam.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa jenialnya.
Read More ..